Kenapa Sholat Kita Kurang Khusyuk?


Sholat adalah perkara yg sangat serius. Kenapa sholat kita kurang khusyuk?

Sederhana, karena kita sering menganggap sholat itu hal yang kurang penting.

Buktinya, kalau ada rapat penting dengan klien jam 9, pasti kita sudah datang minimal lima menit sebelum jadwalnya. Kalau sholat? Yang penting ketinggalan takbirotul ihram aja sudah bagus..

Kalau ada rapat penting sama manajer atau pimpinan, pasti nyiapin bahan yang mau dibahas, disiapin slide nya sebagus mungkin, plus pakaian yang cakep. Kalau sholat? Baju kaosan plus sarungan ala kadarnya, apalagi pas lagi WFH. Baca surah pasti hafalan-hafalan andalan triple qulhu atau inna a’thoina..Pikiran juga sering banget terbang kemana-mana..Inget kerjaan lah, inget kucing belum dikasih makan dan seterusnya..

Kira-kira diterima gak ya sholat kayak itu?

Bayangin aja, misalnya ada laki-laki mau ngelamar seorang perempuan, ketemu sama bapaknya. Pas ditanya sama bapaknya, ngomongnya ngelantur..ditanya apa jawab apa..gak jelas..pikirannya kemana-mana…Kira-kira bakal diterima gak lamarannya?

Allahumma inna nas aluka ilman naafi an, wa qolban khoosyi an..

Perfection is Not The Goal


Ingin berterimakasih pada tulisan ini yang telah menguatkan saya yang sedang terpuruk (mungkin) dalam beberapa hari ini karena yaa ngeliat kehidupan diri dan kantor yang kayaknya gak beres-beres dan manajemen diri yang masih jauh dari baik.

Satu kalimat yang menarik yang saya suka,

Your life is a garden, cultivate it.
Organize yourself. Clean out the weeds. It doesn’t matter how long it takes. The very act of cultivating your garden will enliven you. You’ll never be finished. But every day, week, and year, you can make your garden a little more beautiful and fruitful.

Kalau kita bicara idup mah, emang gak akan pernah ada beresnya ya. Ada aja yang harus dikerjain, todo list gak habis-habis, dan selalu saja ada kesalahan baru yang disadari maupun kejadian hari ini yang disesali.

Tapi begitulah hidup, maka lakukan saja apa yang bisa kita lakukan. Perbaiki saja yang bisa kita perbaiki karena tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik. Kuncinya satu : KONSISTEN menuju kebaikan.

Perfection is not the goal. However, consistently making better choices is the only way to get momentum. And momentum is exactly what you need. If you’re stuck, momentum is working against you.

Yap, sebenarnya kita memang cuma butuh momentum. Momentum kalau kita sedang mengusahakan sebuah perubahan, ketika selesai maka kita dapat merasakan energi baru kalau kita mensyukuri perubahan kebaikan tersebut. Dan sekali lagi, gak perlu khawatir dengan output dari momentum yang sedang kita upayakan, yang sedang kita coba. Mau mulai tilawah lagi, kecewa karena akhirnya gak bisa satu juz. Mau nulis lagi, kecewa karena tulisannya banyak typo dan cuma bisa ambil tulisan orang lain (kayak ini nih wkwk). Instead, just get yourself to do whatever you feel you need to do.

Karena konsistensi akan melahirkan kepercayaan diri, dan konsistensi akan menciptakan momentum itu sendiri.

The Afterlife


heningbanget

 

After we die from here, we are going to go to another state of life and it’s gonna go on for generations. Some people, that life in the grave that they are going through, they have been going through for thousands of years. And they have been in there. That’s another phase of life. We don’t see it as death. We see it as another stop in the journey of life. So when you compare all these stops in the journey of life, you will realize that this life, meaning from my birth to my worldly death is the shortest stop in this journey. The shortest span! And so when you realize that, you also realize this tiniest space, this tiniest lifetime that I have, the span that I have, this is the one that will determine all of my actions in the future.

My eternal life is…

View original post 164 more words


Yap, gak ada ruginya bekerja keras dalam kebaikan, akan kembali lagi ke pelakunya! 🙂

heningbanget

Kalimat itu sesuatu banget. It rang a bell. Diucapkan oleh dosen data mining di kelas sore tadi saat lagi bahas tugas. Katanya, kerjakanlah sebaik-baiknya. Gak ada ruginya bekerja keras dalam kebaikan, akan kembali lagi ke pelakunya. Namun, mungkin bentuknya bukan apa yang kita dapatkan, tapi menjadi apa kita karenanya. Setelah kerja keras, mungkin kita gak selalu dapet nilai bagus. Tapi setelah kerja keras, diri kita pasti telah terbentuk menjadi pribadi yang lebih baik, yang terbiasa bekerja keras, disiplin, siap berkorban, lebih kuat, dan sebagainya.

it’s not about what you get, but what you become.

Makanya, Allah itu kan gak menilai hasilnya ya, tapi prosesnya. Kita udah berusaha, udah berdo’a tapi ternyata hasilnya gak seperti yang diharapkan, ya udah, itu yang terbaik. Untungnya kita gak dinilai dengan itu. Tapi setelah ada ketetapan Allah itu, apakah kita jadi ridho, tetap bersyukur dan bersabar? Nah mungkin itulah yang dinilaiNya.

Image

View original post


Belajar Tanpa Batas

(13) Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (14) Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui [yang kamu lahirkan dan rahasiakan]; dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? ~QS. Al Mulk~

Ketika qalbu dipenuhi oleh sebuah keinginan yang tidak mudah dipahami oleh orang lain, maka yakinlah bahwa Allah Yang Maha Agung itu mendengar dan memahaminya.

Ketika pergumulan hati tidak dapat dicerna oleh logika dan tidak dapat dijelaskan oleh sebuah argumentasi biasa, percayalah bahwa Allah Yang Maha Hebat mampu mencerna segala argumentasi yang mbulet sekalipun, yang bahkan si empunya tak mampu mendefinisikannya dalam kata-kata.

Ketika keinginan terdalam yang tulus itu terhadang tembok di sana sini, percayalah bahwa Allah As Syakur itu tidak akan pernah mengecewakan. Dia akan membuka jalan pada waktu terbaik dan juga cara terbaik.

(19) Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya [di…

View original post 15 more words

My Eternal Rival


“Alhamdulillah kado u/ papa mama tgl 18 feb ini: gelar sarjana, kursi VIP d balairung, dan sambutan perwakilan wisudawan fasilkom”

Itu adalah tweet salah satu sahabat sekaligus rival terbaik saya, Andreas Senjaya yang akrab dipanggil Jay beberapa hari yang lalu. Untuk kesekian kalinya, saya cuma bisa senyum dan geleng-geleng dengan makhluk yang satu ini karena lagi-lagi mimpinya menjadi kenyataan! Continue reading “My Eternal Rival”