The Power of Morning


8 Agustus 2016 jam 6.31

Dulu saya pernah mendapat nasihat, kira-kira narasinya seperti ini : Orang yang dapat mewujudkan cita-cita, impian, target hidup sepanjang hidupnya, adalah orang yang berhasil mencapai target tahunannya pada tahun-tahun kehidupan mereka. Orang yang berhasil mencapai target tahunannya adalah orang-orang yang berhasil mendapatkan atau setidaknya berproses untuk mencapai target-target mereka di setiap bulannya. Tentu saja, orang-orang yang sukses mencapai target bulanannya, mereka adalah orang-orang yang berhasil mengelola hari-harinya dengan baik dan terencana. Dan klimaksnya, orang yang berhasil mengelola hari-harinya dengan baik adalah orang yang berhasil mengelola waktu paginya dengan baik. Hingga hari ini saya percaya, pagi hari itu adalah salah satu momentum yang paling menentukan apakah kita dapat menjalani hari kita 24 jam kedepan dengan baik atau tidak.

Pagi hari memang saat yang paling menyenangkan untuk menyusun aktivitas harian, ‘mencuri start‘ pekerjaan di hari tersebut, hingga berkontemplasi merenungi hakikat kehiidupan kita #ceilah . Poin terakhir ini yang paling sering saya lakukan, merefleksikan apa yang menjadi rutinitas harian kita dengan big picture sosok ideal yang kita harapkan atas diri kita. The ultimate-nya adalah, kita punya potensi keberkahan pada waktu kita dalam sehari kedepan.

“Allahumma baarik ummaty fii bukuuriha..Ya Allah berkahilah umat dengan segala aktivitas di waktu subuh (pagi)”

Ini salah satu warisan doa sepanjang zaman Rasulullah SAW yang selalu membuat saya takjub. Doa yang tulus dan ikhlas yang beliau pintakan untuk ummatnya. Singkat, padat, jelas, sangat spesifik, dan powerfull. Tidak perlu banyak deskripsi untuk menjelaskannya, tapi rasakan dan buktikan sendiri saja. Rasakah keberkahan waktunya, rasakan kenikmatan waktu yang panjang dan efektif untuk mengerjakan apapun yang kita inginkan. Trust me, it works! πŸ˜€

Tips tambahan untuk mengelola waktu pagi, ada artikel bagus yang saya rekomendasikan untuk dibaca disini , tentang how to have a beter morning. Tiga yang menjadi favorit saya:

1. Planning the night before

Ini seriusan ngefek banget kalau bisa dilakukan konsisten. Kalau kita bisa merencanakan apa yang mau dikerjakan di hari sebelumnya, paginya kita bangun, abis QL dan ngaji bet bet bet..langsung deh garap kerjaan yang sudah dikerjakan. Kalau dulu yang pernah main game GBA-nya Pokemon, “Its super effective!”

pikachu

2. Manage your energy, not your time

Waktu pagi itu waktu dimana kita paling bertenaga (secara abis bobo, baru di-charge) dan paling bisa fokus. Jadi pastikan dalam membuat todolist, selalu utamakan pekerjaan yang paling berdampak di hari itu atau yang paling sulit di awal hari. Buat timeblocking aktivitas kita ketika membuat list pekerjaan harian kita, kalau saya biasanya menggunakan tools Workflowy dan membaginya seperti ini. Jangan malah dipakai buat aktivitas sosmed berlebihan ya πŸ™‚

focus

3. Hold phone/WA and email until noon

Agar waktu pagi kita bisa lebih optimal, kurangi distraksi seoptimal mungkin, salah satunya aktivitas cek-cek WA, email, apalagi sosial media. Buat saya ini agak berat terutama dengan role di kantor saat ini yang banyak berhubungan dengan klien Badr. Jadi mungkin cuma bisa sampai jam 6 atau jam 7, baru kalau weekend bisa lebih lama lagi.

***

Bangun pagi memang bukan pekerjaan mudah, apalagi tetap bertahan untuk tidak ber-‘teparan’ di muka bumi empuk alias kasur (red : kalo ini asli true story wkwk), tapi ia adalah checkpoint pertama yang paling kongkrit yang bisa kita lakukan, kalau kita ingin melakukan perubahan besar dalam kehidupan kita. Yosh!

battle of fajr

 

 

3 thoughts on “The Power of Morning

  1. Tanya dong. Mas Big tidur berapa jam? Atau pake pola tidur yang bukan one-time sleep?

    Selama 2-3 bulan ini, saya cukup kaget dengan realita sedikitnya waktu yang bisa dikelola setiap hari. 8 jam kerja, 6 jam tidur, 2 jam perjalanan kerja, 8 jam lain lain.

    Lain lain itu termasuk mandi, masak, makan, olahraga, cuci pakaian, cuci piring, bersih bersih rumah, juga ibadah. Belum lagi keperluan sosial.

    Saya sering merasa sedikit sekali aktivitas yang dilakukan dalam sehari. Padahal pengen ini pengen itu juga.

    Nah saya kok kepikiran untuk memangkas waktu tidur ya.

  2. @Hana : yap, saya juga nampol2 diri sendiri kok nulis ini. Semangat πŸ™‚

    @Yunus: wah, udah lama ya gak ketemu sampeyan πŸ™‚
    Saya tidur sekali aja sih seringnya, standar kok kayak orang normal, biasanya dari jam 22 atau 23, bangunnya biasanya jam setengah 4 atau jam 4, sering juga klo capek banget bangunnya pas azan subuh πŸ˜€

    “Saya sering merasa sedikit sekali aktivitas yang dilakukan dalam sehari. Padahal pengen ini pengen itu juga.”
    >> itu kayaknya dirasakan semua orang nus hehe..ya, kurangi tidur bisa jadi salah satu solusi, bisa juga dengan efektifkan lagi aktivitas harian kita, atau bahkan evaluasi kerjaan kantor kita yang kurang normal (?)

    Masing-masing orang memang tantangannya beda, tapi bukan berarti kita juga belajar terus excuse untuk diri kita, karena semuanya butuh hak. Jasad kita butuh hak, ruhiyah kita juga butuh hak, keluarga kita juga butuh hak, pasangan kita, masyarakat sekitar kita, dan semuanya..jadi, yaa bersemangat πŸ˜€

Leave a comment