​Kejadian 1:

Ditinggal ‘cuti mendadak’ oleh seorang sahabat di kantor yang membutuhkan backup untuk handle project-project yang dipegangnya. Pada intinya ada sebuah mission yang ‘almost impossible’ untuk menyiapkan sebuah admin training project sebuah perusahaan nasional ternama, dalam waktu semalam!

Awalnya hampir berpikir ini tidak mungkin dan berpikir untuk excuse, mengundurkan lagi jadwalnya dengan klien dengan berbagai macam alasan yang bisa dicari-cari.

Tapi dengan sebuah keyakinan dan mental untuk MEMULAI, bismillah… Somehow, akhirnya dengan usaha semalaman, bantuan seorang rekan yang men-develop websitenya, bantuan sebungkus kwetiau yg dibelikan seorang rekan yg ikhlas, dan tentu karena izin Allah, akhirnya bisa menguasai sistem dan menyiapkan semua dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Alhamdulillah 😀

Kejadian 2:

Ketemuan dengan kliennya jam 9 pagi, baru caw dari kantor abis begadang jam 7.30. Perjalanan ke rumah, beres2 diri dan rumah, dan berangkat lagi ke stasiun Depok Baru tepat pukul 8.

Meanwhile, kereta arah Jakarta Kota datang. Agar tidak terlambat meeting harus naik kereta ini karena tujuannya ke stasiun Juanda. Posisi badan masih baru selesai banget naro motor di parkiran ‘tidak resmi’ diluar stasiun, sedangkan kereta yang ingin dinaiki ada didalam stasiun (yaiyalah) dan diseberang alias harus naik turun tanggal dulu lewati jalan bawah tanah untuk bisa naik.

Sampe gak ya kira2?” 

Baru saja berpikir tapi refleks badan langsung lari aja untuk ngejar kereta.

Udah mulai ngos2an masuk stasiun, muncul lagi pikiran,

Udah lama tuh kereta berhenti, bentar lagi pas jalan..udah jalan aja ga akan kekejar.

Masa bodo, badan ini terus berlari di stasiun Depok Baru, turun tangga, lari lagi.

Pas naik di seberang kaki udah mulai kram (maklum belum pemanasan udah sprint :p), muncul lagi pikiran,

Belagu amat sih dibilangin, nih udah lama banget keretanya berhenti, abis ini jalan nih liat aja. Udah berhenti, napas aja, ikhlasiiin..

Tiba-tiba orang ini teringat pengalaman sebelumnya, belum lama ini dia juga berusaha mengejar seperti ini dan ending-nya….pintu ditutup pas dia sudah sampai persis di depan pintu kereta.

HUUSSH…pokoknya maju terus! Dan orang ini terus berlari, beberapa meter lagi, pintu masih terbuka…sesudah sampaikan di depan kereta dan akhirnya…………pintu tertutup.

*Gak ding becanda pintunya masih tetap kebuka, harus happy ending kan? 😉

Akhirnya sampai kereta, napas udah gak tau ada dimana, kaki udah gemeteran…tapi ucapan tahmid, “alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah” terus membasahi bibir di sepanjang perjalanan. Alhamdulillah.

***

Ya, terkadang memang Allah ingin melihat kita berusaha di titik maksimal dan menginginkan kita lebih bersyukur atas apa nikmat telah yang diberikanNya 🙂

Selamat pagi untuk semuanya, untuk yang sedang ulang tahun, terutama untuk yang akan naik ke meja operasi hari ini, bismillah dan bersemangat! :”D
*meracau singkat di dalam kereta di grup WA temen-temen Badr, 24 Agustus 2016. Menyemangati seorang sahabat yang sedang diuji Allah saat ini untuk ‘naik level’ lebih tinggi lagi 🙂

Kita Tidak Akan Selalu Bisa ‘Selamat’


mu vs west ham

29 Juli 2016 jam 20.34

Apa hubungannya antara judul diatas dengan screenshot hasil pertandingan Premier League diatas? Ya, bisa jadi berhubungan, bisa juga enggak, tergantung yang nulis :))

Buat yang sudah kenal saya agak lama, pasti tau kalau saya hobi bola. Dulu saya levelnya bisa dibilang maniak, tontonan tengah malempun dijabanin apalagi kalau yang main MU (ketauan dah fans MU hehe). Untungnya, sekarang sudah sangat berkurang, saya beralih dari suka nonton pertandingan full, jadi cuma baca berita-berita bola aja atau paling banter nonton highlight gol-golnya aja, biar efektif 🙂 Selain karena memang masih belum bisa menghilangkan hobi ini sepenuhnya, saya juga masih bisa memanfaatkan hobi ini untuk ‘bahan obrolan’ dengan orang-orang yang ingin diajak ngobrol agak lama bahkan untuk nasehatin sesuatu.

Kembali ke gambar diatas, apa hubungannya dengan pertandingan akhir musim lalu, West Ham lawan MU? Kalau ada yang ngikutin Liga Inggris dan concern dengan MU, pasti inget banget kalau di pertandingan inilah Louis Van Gaal dan anak asuhya jadi gak ada harapan lagi untuk bisa jadi empat besar alias dapat tiket Liga Champions. Naas sih, untuk ukuran klub sebesar dan semahal MU gak bisa masuk Liga Champions, apalagi tahun kemarin masih bisa ikut (walaupun cuma sampai babak penyisihan karena emang maennya payah :p)

Lalu kenapa ini ditulis dimari? Penting amat bahas-bahas MU. Karena ini kemarin jadi bahan obrolan menarik dengan mahasiswa saya di STT Nurul Fikri.

Singkat cerita, semester lalu saya dapat amanah ngajar mata kuliah Tugas Proyek dan ada satu kelompok yang memang agak ‘spesial’. Salah satu yang menarik, pada saat UAT alias ujian paling akhir berupa demo project-nya ke saya sebagai dosen, untuk sebuah project yang seharusnya sudah dikerjakan selama satu semester penuh, sudah ada progress meeting (presentasi ke dosen) tiap tiga pekan sekali, namun yang terjadi saat UAT cuma bisa mendemokan fitur-fitur dasar seperti login, logout, halaman depan, dll yang jauh dibawah standar baik secara tampilan maupun fungsional, diklik dimana-mana banyak yang error.

Udah dikasih kesempatan satu pekan memperbaiki dan UAT ulang pekan depan, ternyata hampir tidak ada effort signifikan mereka lakukan. Pada saat mau pulang, kami ngobrol-ngobrol singkat. Kebetulan mereka nge-fans bola juga kebanyakan.

“Ada yang fans MU disini?”, tanya saya.

“Ini pak, si A nih Pak. Wakaka..kesian klubnya menyedihkan bener musim ini.” jawab salah seorang dari mereka.

“Tau gak kenapa MU bisa gak lolos Liga Champions? Padahal musim sebelumnya bisa lolos?”

“Ya, memang mereka punya kiper jago salah yang terbaik di dunia saat ini, David De Gea, yang musim lalu banyak melakukan penyelamatan penting sehingga MU bisa lolos empat besar walau dengna tertatih-tatih. Tahun ini juga ada pemain muda jago namanya Martial yang sering jadi penyelamat MU dengan gol-golnya.”

“Tapi qodarullah, Allah memang Maha Adil. Biarpun saya fans MU juga tapi kalau performanya begitu-begitu aja setiap main, pegang bola terus sih tapi nyerangnya monoton, bertahannya payah, akan ada saatnya De Gea dan Martial sekalipun tidak bisa memberikan kemenangan yang dibutuhkan MU dari lawannya!”

Lanjut saya, “Mungkin selama ini temen-temen kuliah ngerasa apapun yang dilakukan, yang penting dateng ke kelas, yang penting ikut ujian, semua akan baik-baik saja (lulus), tapi dengan performa yang seperti ini dan terus menerus kalian begini, suatu saat kalian akan akan merasakan yg namanya ‘jatuh’ itu seperti apa. Suatu saat kita tidak akan selalu bisa selamat hinhga kita merubah kebiasaan buruk kita itu.

Saya dan beberapa tim di Badr termasuk yang masih punya kebiasaan buruk : terlambat. Biasanya sih kliennya selalu maklum atau mereka juga telat. Tapi suatu hari saya mendapat ‘tamparan’ yang cukup keras ketika jadwal presentasi proyek yang akan di-deal-kan ke klien yang berasal dari Jepang, saat itu kami terlambat sekitar 15 menit dan ending-nya sudah bisa ditebak, proyeknya tidak deal. Ketika saya follow up feedbacknya kenapa kami tidak terpilih, kata kliennya, “Sebenarnya di meeting pertama kami condong sama Badr, tapi akhir kemarin kita pilih yang satunya lagi karena pada saat presentasi akhir Badr malah kelihatan tidak prepare.” Alaihim jleb lah ini.

Yap, NtMS banget sih ini. Anyway kalau boleh kembali ke topik bola, emang West Ham dan Dimitri Payet musim lalu emang jago banget. Salut! #lah

West Ham United v Manchester United - Barclays Premier League
Britain Soccer Football – West Ham United v Manchester United – Barclays Premier League – Upton Park – 10/5/16 Winston Reid celebrates after scoring the third goal for West Ham Reuters / Eddie Keogh/ Livepic

 

Tentang KPR dan ‘Ngontrak’


16 Juli 2016 21.25

Disuatu hari, sebuah diskusi panjang lebar antara dua orang via WA tentang cara ambil KPR, tips-tips, dan sebagainya.

X : Gimana cara dapat DP-nya, gimana cara bayar cicilan yang sesuai dengan rumah inceran kita. Hehe..puyeng yak :”””)

Y : Hehe…ya begitulah. Terakhir kalau boleh saya mau nyampain sesuatu, boleh diterima atau tidak. Sebenarnya ada beberapa temen-temen saya (dan itu tidak sedikit) yang sering tanya-tanya dan konsultasi beratnya cicilan KPR, masih harus ngelunasi hutang DP, dsb.

Dulu saya memang termasuk org yang saklek ‘harus punya rumah’, tapi pada akhirnya saya menemukan realitas ternyata banyak juga keluarga temen-temen yang jadi kurang harmonis karena kesulitan finansial, dari uang belanja gak cukup karena cicilan atau punya hutang disana sini untuk nutup hutang DP karena terlalu dipaksakan KPR dengan harga rumah yang relatif tinggi. Banyak yang ambil KPR konven, di tahun ke-2, 3, dst pada ‘menjerit’ karena tidak hanya terjebak dalam transaksi riba tapi juga karena harga cicilannya yang semakin menjulang dan tidak terjangkau.

Saya cuma ingin menyampaikan, menurut saya sebenarnya nggak harus-harus banget kok kita punya rumah dalam waktu dekat. Klo ada rezeki ya alhamdulillah, klo belum dulu juga insya Allah tidak apa-apa. Saya pernah ngontrak 2 tahun dan rasanya bahagia-bahagia aja alhamdulillah, gak jauh berbeda dengan sekarang yang udah nyicil rumah ke bank. Serius. Kalau dihitung-hitung 1-2 tahun saja ada aja cost yang harus dikeluarkan kalau punya rumah sebelas duabelas dengan ngontrak, seperti benerin genteng bocor, tandon air rusak, saluran mampet, WC/sumur resapan penuh, dsb sekarang kan udah gak bisa minta tolong dibayarin ibu kontrakan 😀

Pun yang sudah ‘punya’ rumah juga bisa diambil sama Allah kapan saja dengan (naudzubillah) kebakaran, bencana alam seperti longsor di Purworejo kemarin misalkan yang meratakan rumah dan tanah sekian banyak desa. Rasanya SHM, IMB rumah yang kena musibah pun sudah tidak berarti lagi. Siapa yang menduga? Siapa yang bisa mencegah? Karena semua memang kembali sesuai konsep rezeki yang sama-sama kita ketahui. Semua sudah dijamin, akan muncul dengan konteks dan waktu yang tepat, dan akan ada ketika kita mengusahakannya.

Masalah ngontrak dan KPR biasanya ‘cuma’ masalah manajemen hati. Biasanya karena ga enakan sama camer / mertua, calon istri / istri, atau jiper sama temen-temen yang sudah dapat rezeki KPR bahkan beli cash keras duluan. Akhirnya, langsung deh berasa rumput tetangga selalu lebih hijau dr rumput sendiri 🙂

Maka bersyukur menjadi poin yang penting, mampu menakar diri, dan tidak berlebihan dalam memaksakan kehendak diri.

Aplikasi Dakwah ‘Beriklan’


14 Juli 2016 jam 04.17

Screenshot_2016-07-14-04-27-29_com.bi.doainquran
Aplikasi dakwah beriklan dengan platform Admob

Disuatu hari di kantor,

X : Eh bro bro, ane nemu ada aplikasi Al Matsurat bagus akhirnya di PlayStore! UX-nya bagus, ga ada iklannya lagi kayaknya.
Y : Oh ya? Apaan emang keyword-nya? Coba-coba ane cari. *sambil ketik-ketik terus di Playstore*
Z : Ane nemu nih, bentaran di-install ya.

Beberapa saat kemudian,
Z : Yah, kok ada ads-nya sik, males banget ah.
Y : Hehe..orang kebanyakan gitu ya, suka kesel sama buat pembuat aplikasi Islami / dakwah yang ada ads-nya, padahal seringkali gak annoying sama sekali, cuma di-ujung dikit bagian bawah aplikasi.
Padahal install aplikasinya juga gak bayar, pakai aplikasinya juga cuma-cuma. Pengennya dapet manfaat aja tapi seringkali tidak terbesit sama sekali untuk men-‘support‘ tim developer-nya.
Padahal barangkali dari situ saja beberapa developer itu bisa ‘hidup’, dapetin dollar dikit-dikit dari iklan yang ditampilkan aplikasi atau tidak sengaja diklik..
Padahal seringkali dari sanalah para developer-developer itu jadi bisa me-maintain, meng-update, bahkan mengembangkan aplikasi selanjutnya untuk kepentingan umat..
X & Z : …………… *terdiam* *padahal developer aplikasi juga* *tetiba jadi semangat buat klik-klikin iklan-iklan di aplikasi dakwah wkwkwk*

Disclaimer:
Postingan ini tidak diniatkan secara sengaja untuk membuat para pembaca menginstall aplikasi B*dr, lalu klik beberapa ads yang dipasang ya (tapi klo dilakukan demikian ya alhamdulillah :p) Tapi beneran gak sama sekali. FYI, salah satu diantara pemeran diatas adalah saya sendiri, dimana saya mobile app developer juga tapi ironisnya juga suka ‘males’ kalau ketemu apps yang ada iklannya 😀 Namun dari Si Y alias Topan (ketauan juga dah), akhirnya saya dapat perspektif baru.
Ya, penting dibiasakan untuk meniatkan diri men-support sebuah upaya kebaikan. Tentu ada kepentingan diri dan kenyamanan yang sedikit ‘dikorbankan’, tapi selama masih wajar dan untuk sebuah kebaikan, kenapa tidak?

Filosofi Mencuci Piring


11 Juli 2016 jam 06.00. Ya, diantara semua pekerjaan rumah tangga, bagi saya memiliki kesan masing-masing. Oh iya, tulisan ini tidak dibuat dalam rangka pencitraan bahwa saya banyak melakukan pekerjaan di rumah. Sepagi apapun saya bangun, sehebat apapun apa saya melakukannya, istri saya tetap tak terkalahkan dalam hal ini 😀 Sebut saja mencuci piring, mencuci baju, menyuapi anak makan, menyapu, mengepel, sampai pekerjaan domain ‘bapak-bapak’ seperti naik-naik genteng, paku-paku sesuatu, dan sebagainya. Tapi buat saya, pekerjaan rumah yang lebih sedikit saya lakukan daripada pekerjaan di luar rumah ini, selalu memiliki nilai dan hikmah tersendiri dalam pengerjaannya.

Dulu, diantara semua hal diatas (kecuali turunan pekerjaan setelah menikah) awalnya saya merasa mencuci baju adalah pekerjaan terberat sepanjang hidup saya (halah), apalagi kalau sudah menggunung, strategi yang digunakan pun semakin pragmatis : rendem yang lama pakai air detergen dan kucek seadanya alias di-‘injek-injek’ :p

Alhamdulillah, berkat adanya teknologi bernama mesin cuci, painfulness mencuci baju sudah jauh lebih berkurang. Ya, walaupun pakaian bayi, bekas eek dan ompol memang tetep harus dikucek, tapi insya Allah sudah cukup diringankan. Justru hari ini, saya merasa ada satu buah pekerjaan menjadi lebih berkesan yaitu : cuci piring.

Berawal dari ba’da lebaran kemarin, saya menghadapi cucian piring yang ‘menggunung’. Dan seperti yang diketahui lebaran memang sejak dulu berteman akrab dengan opor ayam, sayur labu, sambal goreng hati dan kentang, pokoknya yang banyak minyak dan santannya. Jadi, dalam sesi mencuci kemarin tidak hanya piring dan gelas kotor saja, wajan dan panci berminyak dan bersantan pun tidak absen dari checklist item yang harus dicuci. Ba’da lebaran biasanya juga tempat sampah penuh-penuhnya, lubang saluran air di bak cuci piring juga kotor-kotornya, dan semua tampak……menarik untuk ditinggalkan 😀

Ada beberapa filosofi hidup yang menarik (setidaknya bagi saya) dalam kegiatan cuci-mencuci piring ini yang ingin saya tulis disini agar saya tidak lupa, bahwa saya pernah memikirkan ini 🙂

1. Memiliki Mentalitas Menyelesaikan Masalah
Ini memang selalu menjadi hal yang klise tapi pengalaman saya membuktikan inilah yang menjadi pembeda orang yang mau menyelesaikan masalah atau tidak. Setidaknya dalam masalah mencuci piring :p Saya pikir semua orang pasti tidak suka dengan cucian kotor, tapi tidak semua orang tergerak untuk menyelesaikannya. Sebagian besar memilih untuk berprasangka baik bahwa akan ada ‘orang baik’ selain dirinya yang akan menyelesaikannya. Atau seringkali kita merasa tidak cukup bisa mengerjakannya, dengan ribuan alasan takut gak bersih lah, takut piringnya jatoh, dan sebagainya. Orang yang selalu punya alasan, pasti tidak akan pernah bisa belajar dan memperbaiki dirinya.

2. Kejelian dalam Mengurai Masalah
Biasanya dalam menghadapi cucian piring segunung, penting untuk memiliki kemampuan mendekomposisi masalah. Tujuannya selain agar kita dapat menyelesaikan masalah tersebut, kita juga dapat menuntaskannya secara efektif. Dalam konteks mencuci piring biasanya saya mengklasifikasikan cucian menjadi : cucian sulit, cucian besar, dan cucian gampang. Cucian sulit biasanya yang butuh waktu nge-rendem lebih lama seperti tempatnya magicjar (karena nasi masih nempel), panci atau wajan yang berminyak / bersantan, dll biasanya dipisahkan dulu. Cucian besar biasanya sejenis baskom, panci tapi bekas rebusan air atau sayur non-santan, cucian gampang yaa sejenis piring, sendok, gelas, dan kerabatnya. Hikmah dari ‘mengurai’ cucian piring adalah kita bisa mendapatkan secercah harapan (halah), semangat positif bahwa kita bisa menyelesaikannya. Karena yang bikin cucian menggunung biasanya panci ditaro bawah, diatasnya dikasih wajan, diatasnnya lagi ditambah piring, gelas, dlsb. Padahal kalau diangkat panci dan wajannya, gak menggunung-menggunung banget cuciannya. Ya, karena seringkali akar permasalahan tidak selalu sebesar yang kita takutkan. Gak kebayang bisa nyicil rumah, padahal akar permasalahannya gak tau cara-caranya, udah jiper duluan sama harga rumahnya aja. Susah dan ngerasa gak mungkin bisa QL dan subuh berjamaah kalau gak Ramadhan, padahal pokok masalahnya adalah tidurnya selalu kemaleman diatas jam 11, gimana bisa QL bahkan subuh berjama’ah? Ya, kuncinya pada ketenangan, waktu untuk berpikir, dan kejelian dalam menguraikannya.

3. Keberanian untuk menghadapi bagian tersulit
Dalam menjalani sesuatu pasti ada bagian tersulitnya. Kalau dalam cuci mencuci, saya paling sebel kalau harus merogoh-rogoh kotoran dan bekas makanan yang ada di lubang cucian piring. Wujudnya biasanya sudah tak berbentuk, lembek-lembek geli dan berdenyut (lha?). Apalagi bagian lubang pembuangan bak di rumah saya bukan yang bisa dicopot, jadi literally harus diobok-obok dan dibersihkan dengan tangan! Pekerjaan yang mau ga mau harus dilakukan karena kalau tidak airnya ga bisa keluar ke saluran pembuangan.
Memang tidak ada kata lain selain, bismillah dan …… *rogoh-buang, rogoh-buang*. Jijik? Jelas. Geli? Pasti. Trauma? Bisa jadi. Tapi memang itulah bagian dari perjuangan. Akan ada masanya kita akan bertemu dengan titik itu dalam rentang kehidupan kita. Bisa saja kita lari, tapi kita tidak akan pernah bisa menyelesaikannya. Kayak mata kuliah ngulang aja deh, mungkin kita bisa ga mau ngulang di semester ini karena masih trauma atau gak mau ketemu pak dosennya, tapi kita pasti akan ketemu lagi di semester depannya. Gak diambil lagi, akan ketemu lagi di semester depannya. Sampai kita mengambil dan gently menyelesaikan mata kuliah tersebut dengan baik.

4. Terkadang Butuh Beberapa Kali Usaha Untuk Menyelesaikan
Panci berminyak dan bersantan mustahil bisa bersih dalam sekali bilas (kecuali pakai Sunlig*t, lha malah ngiklan xD). Pasti dalam gosokan pertama gak langsung hilang. Mungkin butuh gosokan kedua, ketiga, keempat, atau kelima baru bisa memudar nodanya. Jadi gak usah ngerasa lebay kalau baru coba sekali kompetisi gak menang mundung, baru pitching satu dua kali ke investor gak dapet investasi udah mundur teratur takut bikin startup. Persistence. Bahasa jawanya istiqamah. Istiqamah pasti berat, karena kalau ringan namanya istirahat.

5. Akan Semakin Mudah Bila Kita Sudah Menjalaninya
Satu dua piring tercuci, dua empat wajan terbilas, pasti meningkatkan adrenalin kita untuk terus melakukannya, untuk semangat menuntaskannya. Begitu memang kebaikan, akan selalu terasa lebih mudah ketika sudah dimulai. Makin mudah lagi kalau sudah setengah jalan. Ngafal Qur’an pasti gak akan pernah kebayang sama orang yang belum konsisten tilawah sehari minimal 5 lembar, pasti bawaannya udah gak mungkin aja. Tapi kalau sudah dimulai insya ALlah akan dimudahkan. Seperti hadist qudsi berikut,
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : Allah Azza wa Jalla berfirman : “Barang siapa berbuat kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan yang semisal dan terkadang Aku tambahkan lagi. Dan barang siapa yang berbuat keburukan, maka balasannya adalah keburukan yang serupa atau Aku mengampuninya. Barangsiapa mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari. Dan barang siapa yang bertemu dengan-Ku dengan membawa kesalahan sebesar isi bumi tanpa menyekutukan-Ku dengan yang lainnya, maka Aku akan menemuinya dengan ampunan sebesar itu pula””.(Shahih Muslim, hadits no 4852).

6. Kebahagiaan Hakiki : Menuntaskan dengan Baik Apa yang Diamanahkan Kepada Kita
Finally, tidak ada yang lebih membahagiakan daripada cucian piring yang sudah tersusun rapi di rak piring dalam keadaan bersih. Pasti menyenangkan ketika kita berhasil menyelesaikan sesuatu dan tidak hanya sekadar ‘selesai’ namun juga selesai dengan hasil yang baik bahkan sangat baik. Memunculkan kebaikan untuk diri sendiri dan memberikan dampak kebaikan pula untuk orang lain.

Panjang juga ya postingan tentang cucian piring begini aja. Postingan mah gak usah susah-susah, dulu juga saya pernah nulis tentang mesin cuci yang begitu doang :)) Note to my self, immediate-self improvement.

Maaf dan Terimakasih


Ya, hanya ingin mengucapkan maaf sebesar-besarnya untuk  semua yang pernah mampir di blog ‘meracau’ saya ini, karena sudah lamaaa sekali tak pernah diapdet lagi.

Untuk semua yang komentar, namun belum sempat terbalas..semua yang pertanyaan yang belum terjawab, untuk tampilan blog yang masih begitu-begitu saja, dan untuk yang (mungkin) menunggu postingan terbaru, namun masih terpapar tulisan-tulisan lama saja.. 😦

Dan terimakasih untuk semua apresiasi baik via email, sms, pertemanan di facebook dan twitter, bahkan langsung..Serta semua bentuk silaturrahim yang berawal dari blog ini..Semoga ada kebaikan dan manfaat dari tulisan-tulisan ala kadarnya ini, walaupun hanya sedikit.

Bersemangaaat! #gerakanMenulisLagi #pasangIkatKepala 😀

Doa di Penghujung Ramadhan


From amongst the signs of Laylatul-Qadar is that it is a calm night and the believer’s heart is delighted and at peace with it, and he becomes active in doing good actions, and the sun on the following morning rises clearly without any rays.

Postingan tumblr yang saya baca tadi tentang ciri-ciri malam Lailatul Qadar, mengingatkan saya akan malam dan pagi 27 Ramadhan kemarin. Entah pagi itu terasa damai sangat, pagi cerah sekali tidak seperti biasanya. Pulang perjalanan dari Elnusa juga sangat lancar, tidak sepadat biasanya. Hati ini tersentak,

Apakah benar kemarin turun malam yang disebut-sebut di Al Qur’an, lebih baik dari seribu bulan itu?

Semakin meyakini kebenaran firasat tersebut, membuat saya semakin gelisah. Mengingat-mengingat kembali yang terjadi semalam yang berjalan dengan tidak optimal. Badan yang kurang fit malam itu, ditambah acara dorong motor dua kali bersama Jay karena ban motor bocor dan kehabisan bensin. Sampai masjid Elnusa, rasanya ingin segera merebahkan diri saja, akhirnya tilawahpun dikebut-kebut agar bisa cepat istirahat. Bangun, mengikuti qiyamul lain juga tidak senikmat biasanya, bahkan baru menginjak raka’at ke-3 kaki sudah gemetaran. Memasuki raka’at ke-7, sudah ingin mundur teratur saja ke belakang, namun sayang sekali posisi tidak mendukung karena berada tepat ditengah shaf kedua dibelakang imam. QL pun dilanjutkan dengan berat hati dan yang paling parah di bagian muhasabah, akhirnya tak tertahankan lagi, fiks, saya terlelap saat itu bahkan hingga jam empat lewat lima belas menit. Beruntung ada jama’ah yang membangunkan untuk makan sahur. Sesampai di rumah, kepala semakin berat dan ending-nya pun tertebak, badan ini pun merebah kembali hingga menjelang siang..

Benarkah malam Lailatul Qadar itu sudah terlewat?

Tidak ada yang tahu pasti jelas. Yang jelas, malam itu sama sekali tidak ada hal bisa dibanggakan. Yang tersisa hanya penyesalan dan penyesalan tak terhingga, karena belum tentu Allah masih berikan kesempatan memburunya kembali di tahun-tahun mendatang.

Namun, syukur alhamdulillah, dapat menemukan artikel ini dari seorang saudara, tentang pinta yang tulus dan sederhana. Maka, di sisa detik-detik Ramadhan-Mu ini ya Allah, pinta hamba sederhana,

“Allah, tentang segala pinta itu, berlipatnya pahala, rahmat, ampunan dari Mu, atau bahkan Lailatul Qadar sekalipun..lupakan saja ya Allah. Cukup ridho-Mu saja atas semua ibadah hamba dan dua hari tersisa yang akan hamba jalani kedepan. Ya, Engkau ridho saja itu sudah lebih dari cukup.”

NB : Mari para i’tikaf-ers amatiran seperti saya atau yang gak i’tikaf pun, mari menjemput ridho Allah di masjid, di rumah, di kereta, di bus, dimanapun kita berada. Mari nikmati detik-detik sajian akhir Ramadhan yang Allah berikan kepada kita! 🙂

Perkenalkan, Inilah Sikremut!


Sikremut

Inilah Sikremut alias Sistem Informasi Kereta Komuter! Produk hasil Program Kreativitas Mahasiswa dua tahun yang lalu yang mengalami berbagai metamorfosis dari berbentuk web, aplikasi di ponsel berbasis Java, hingga sms, hingga menjadi seperti ini. Dulu bernama Sistem Informasi Rute Transportasi Umum yang kami sebut Sitrum, namun versi ini Sitrum berevolusi dengan scope yang lebih kecil yakni transportasi kereta komuter dengan platform berbasis Android.

Aplikasi Android sederhana ini menyediakan jadwal pemberangkatan kereta, peta dengan pemodelan stasiun-stasiun kereta di Jabodebek dan dapat memodelkan posisi kita dengan stasiun yang ingin kita tuju. Selain itu juga ada fitur alarm yang akan berbunyi bila stasiun yang kita tuju sudah dekat, sangat berguna buat kakak-kakak sekalian yang suka ketiduran di kereta. 🙂 Cek selengkapnya disini.

Yap, benar-benar bagai sebuah mimpi menjadi kenyataan. Teringat betul bersama empat orang luarbiasa itu..

Jay, ya..siapalah ya yang gak kenal Jay, Anggota MWA UI UM 2011, Mapres 2 UI 2010,

Ade Kurniawati, mahasiswi Ilmu Komputer 2008 dengan IP nyaris 4 setiap semester yang juga Mapres 3 Fasilkom 2011 kemarin,

Yasmin Khairina, mahasiswi imut angkatan 2008 yang juga bersaing IPK nya dengan Ade,

Ardi, programmer dahsyat Badr Interactive yang kemarin juga baru saja menyabet gelar Mapres Harapan 3 Fasilkom 2012,

..daan saya sebagai anggota pelengkap dan pelipur lara 🙂 Beserta bantuan beberapa teman-teman lainnya Mira, Nila, Wanda, dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang melanjutkan perjuangan Sitrum hingga detik ini, akhirnya kami dapat mewujudkan seutas mimpi kami dua tahun yang lalu untuk membuat sebuah solusi permasalahan transportasi di republik ini.

Well, walaupun memang tidak cukup signifikan, tapi kami percaya bahwa menyalakan sebuah lilin tentu lebih baik daripada terus mengutuk kegelapan. 🙂

Proud all of you, guys! 😀

Kelompok Sitrum

NB : Yap, ini masa muda kita di PIMNAS dulu. 🙂

Akhirnya Punya Tumblr :)


Postingan ini cuma mau memberitahukan kalau saya fiks memutuskan menambah daftar sosial media saya setelah wordpress, facebook, dan twitter, yaitu tumblr. 😀

Kenapa bikin tumblr? Pertama karena coba-coba, karena berdasarkan testimoni teman-teman banyak muatan inspirasi yang bertebaran disana. Sudah saya buktikan selama sekitar 3 pekan, ternyata tumblr cukup asyik dan ‘berilmu’ (tentu dengan nge-follow orang-orang yang bener juga).  Continue reading “Akhirnya Punya Tumblr :)”