Menit dan Jam


Kita seringkali terbiasa dengan, waktu tidur yang berkisar 6-8 jam. Waktu kerja yang 8 jam. Waktu kuliah yang 6 jam. Atau waktu nongkrong yg dan main selama 3 jam.

Kita juga seringkali terbiasa dengan, waktu solat yang berkisar 10 menit. Waktu baca Quran 15 menit. Waktu dzikir 5 menit. atau Waktu doa yang Cuma 5 menit.

Kenapa untuk urusan dunia, kita seringkali terbiasa menggunakan satuan jam, sedangkan untuk urusan akhirat kita seringkali menggunakan satuan menit? Memang sebenarnya kita sedang hidup untuk siapa? Mengumpulkan berkal apa? Dan akan kembali ke mana?

Kapankah kita sanggup meluangkan waktu 2 jam untuk salat malam? 2 jam, tak harus sampai kaki kita bengkak-bengkak. Pasti Allah sudah rindu sekali mendengar lirih ayat suci mengalun dalam keheningan malam. Salat-salat yang panjang lagi penuh penghayatan. Mengerdil di antara nama-nama Agung-Nya. Merindukan Surga walau diri masih jauh dari sempurna. Menangis ketakutan akan siksa neraka. Atau hanyut dalam kisah heroik nabi dan rasul beriring sesuai zamannya.

Kapankah kita sanggup meluangkan waktu 3 jam untuk membaca Al-Quran? Berlama-lama dengan kitab yang kesucian dan kemurniannya Allah janjikan. Mengulang-ngulang ayatnya, memaknainya dalam-dalam, menerapakannya dalam kehidupan, hingga menjadikannya sumber kekuatan.
Kapakankah kita sanggup berlelah-lelah, berlama-lama, mempersembahkan segenap waktu dan tenaga dalam ketaatan.

Sumber : Blog Mbak Farah Qonita

Membangun Kebiasaan Baik


Satu pekan yang lalu saya diminta mengisi sebuah kajian di UI dengan tema “Membangun Kebiasaan Baik”. Temanya nggak nyantai banget, wong yang diminta ngomong ini juga masih berjibaku membangun kebiasaan baik :))

Singkat cerita sudah beres lah nyampein materinya. Sampai kemudian 1-2 hari kemudian, ada yang japri WA. Terus nanya pertanyaan yang…udah berat, panjang kayak kereta lagi 😀

Bismillaah, akhirnya saya jawab begini.

Sbnrnya byk referensi aktivitas 24 jam Rasulullah SAW..salah satunya ini https://www.google.com/amp/s/tricahyo8689.wordpress.com/2013/09/15/24-jam-bersama-rasulullah/amp/

Yg jelas, ga apple to apple membandingkan aktivitas kita dg Rasulullah yg tdk hanya diisi ibadah dan aktivitas manusia pd umumnya, tp jg berdakwah, berperang, dsb.

Prinsip pentingnya mnrt sy dr apa2 yg sy sudah pelajari:

1. Miliki orientasi bahwa semua yg kita lakukan hanya utk mendapatkan ridho Allah. Inna sholaati wa nusuuki, wa mahyaya wa mamaati lillahi robbil ‘aalamiin. Ibadah tdk hanya sholat dan tilawah, bekerja pun bs bernilai ibadah, PJJ, mengerjakan tugas pun sgt bs bernilai ibadah. Mindset Allah ada tujuan hrs dpt masuk dlm ruang kesadaran berfikir kita setiap saat.

2. Mulai berfikir dan menjalani kehidupan dg pertanyaan, apa yg hrs sy lakukan utk mendapatkan ridho Allah? Allah ridho sy jd orang kyk gimana ya? Antara dua pilihan A dan B, mana pilihan yg plg Allah ridho? Susun target hidup jangka panjang, menengah hingga harian apa yg mau kita capai. Dg memiliki planning ini, kita jd tau apa yg hrs kita kejar setiap hari, utk mendapatkan ridho Allah.

3. Eksperimen utk menjalankan poin ke 2 setiap hari, gmn biar efektif dan optimal. Setiap orang polanya beda2, motivasi nya beda2..jd terus cari style self management kita.

Prinsip nya :

1) Rencanakan

2) Jalankan

3) Evaluasi (klo sdh bagus alhamdulilaah, klo blm bagus identifikasi apa yg salah. Apakah pas bgt lg sibuk aja, jd ada waktu utk tilawah misalnya..atau mmg targetnya msh ketinggian)

4) Adjustment sesuai hasil evaluasi. Balik lg ke no 1

Udaah, gitu aja kok hidup 😃

Allah cuma minta kita utk berusaha sesuai dg apa yg kita bs. Fattaqulloha mastatho’tum..Yg penting terus istiqomah begitu, sampai nanti kita wafat. 😊

Klo msh mahasiswa insyaa Allah msh byk waktu2 yg bs disiasati, blm punya kerjaan yg hrs lembur2 atau anak yg nggelandotin tiap hari kan? Hehe..insyaa Allah bs, tgl srg2 eksperimen aja.

Semangaat ya, semoga Allah mudahkan..mhn doanya buat sy jg agar bs istiqomah menjalankan apa yg sy sampaikan ini dan kmrn2.. 😃

Lagi-lagi, saya merasa gak berkapasitas untuk menjawab hal ini. Tapi…kalau mungkin ini ‘sentilan’ Allah buat saya yang masih harus banyaaak berbenah diri. Kalau dengerin nasehat orang udah “kebal” kupingnya, tapi kalau dengerin nasehat yang keluar dari mulut sendiri jadi lebih daleem..karena setiap apa yang kita omongin, pasti dipikirin dulu,

“Apa iya sudah udah ngelakuin itu? OMDO mah ente, Big…”

Doain saya ya. Saya doain juga yang baca tulisan ini. Semoga kita semua bisa istiqomah menjadi hamba Allah yang lebih baik setiap hari..

Kilas Balik Paska Kampus (2): Bahagia!


“Kebahagiaan hakiki adalah ketika kita terkoneksi dengan Allah! Salah satu cirinya adalah apabila keinginan kita sejalan dengan takdir Allah..

“Ketika kita ingin masuk kampus ini, kita ditakdirkan Allah masuk ke kampus tersebut..Ketika kita ingin bekerja di perusahaan ini dengan gaji segini, Allah takdirkan kita bekerja disana..Ketika kita ingin berjodoh dengan ikhwan/akhwat ini, maka Allah jodohkan kita dengannya..”

“Dan orang-orang yang terkoneksi dengan Allah, bila apa yang ia citakan tidak baik dimata Allah, maka dengan sangat halus, Allah akan belokkan keinginan kita dengan indah, lahirkan rasa nyaman, bahagia itu, sesuai dengan apa yang ia takdirkan pada kita. Inception.”

Deg! Nasihat Pak Deddy Nordiawan saat kultum di kantor Badr Interactive Ramadhan lalu terasa telak sekali bagi saya saat itu. Nasihat tersebut secara refleks meletupkan memori-memori itu kembali.. Continue reading “Kilas Balik Paska Kampus (2): Bahagia!”

Doa di Penghujung Ramadhan


“From amongst the signs of Laylatul-Qadar is that it is a calm night and the believer’s heart is delighted and at peace with it, and he becomes active in doing good actions, and the sun on the following morning rises clearly without any rays.”

Postingan tumblr yang saya baca tadi tentang ciri-ciri malam Lailatul Qadar, mengingatkan saya akan malam dan pagi 27 Ramadhan kemarin. Entah pagi itu terasa damai sangat, pagi cerah sekali tidak seperti biasanya. Pulang perjalanan dari Elnusa juga sangat lancar, tidak sepadat biasanya. Hati ini tersentak,

Apakah benar kemarin turun malam yang disebut-sebut di Al Qur’an, lebih baik dari seribu bulan itu?

Semakin meyakini kebenaran firasat tersebut, membuat saya semakin gelisah. Mengingat-mengingat kembali yang terjadi semalam yang berjalan dengan tidak optimal. Badan yang kurang fit malam itu, ditambah acara dorong motor dua kali bersama Jay karena ban motor bocor dan kehabisan bensin. Sampai masjid Elnusa, rasanya ingin segera merebahkan diri saja, akhirnya tilawahpun dikebut-kebut agar bisa cepat istirahat. Bangun, mengikuti qiyamul lain juga tidak senikmat biasanya, bahkan baru menginjak raka’at ke-3 kaki sudah gemetaran. Memasuki raka’at ke-7, sudah ingin mundur teratur saja ke belakang, namun sayang sekali posisi tidak mendukung karena berada tepat ditengah shaf kedua dibelakang imam. QL pun dilanjutkan dengan berat hati dan yang paling parah di bagian muhasabah, akhirnya tak tertahankan lagi, fiks, saya terlelap saat itu bahkan hingga jam empat lewat lima belas menit. Beruntung ada jama’ah yang membangunkan untuk makan sahur. Sesampai di rumah, kepala semakin berat dan ending-nya pun tertebak, badan ini pun merebah kembali hingga menjelang siang..

Benarkah malam Lailatul Qadar itu sudah terlewat?

Tidak ada yang tahu pasti jelas. Yang jelas, malam itu sama sekali tidak ada hal bisa dibanggakan. Yang tersisa hanya penyesalan dan penyesalan tak terhingga, karena belum tentu Allah masih berikan kesempatan memburunya kembali di tahun-tahun mendatang.

Namun, syukur alhamdulillah, dapat menemukan artikel ini dari seorang saudara, tentang pinta yang tulus dan sederhana. Maka, di sisa detik-detik Ramadhan-Mu ini ya Allah, pinta hamba sederhana,

“Allah, tentang segala pinta itu, berlipatnya pahala, rahmat, ampunan dari Mu, atau bahkan Lailatul Qadar sekalipun..lupakan saja ya Allah. Cukup ridho-Mu saja atas semua ibadah hamba dan dua hari tersisa yang akan hamba jalani kedepan. Ya, Engkau ridho saja itu sudah lebih dari cukup.”

NB : Mari para i’tikaf-ers amatiran seperti saya atau yang gak i’tikaf pun, mari menjemput ridho Allah di masjid, di rumah, di kereta, di bus, dimanapun kita berada. Mari nikmati detik-detik sajian akhir Ramadhan yang Allah berikan kepada kita! 🙂


Tak henti-hentinya tergetar melihat video rekaman acara Chating dengan YM bersama Ust. Yusuf Mansur bertema “Anak Investasi Akhirat”.

Buat yang gak males buffering sampe habis, minimal lihat tiga menit pertama ketika Habib baca ayat super jleb, surat Al Mu’minuun 1-11. Dengerin baek-baek, sambil baca artinya dibagian bawahnya. Syarat jadi seorang mu’min, the true believers, orang bener, yang dijamin syurga Firdaus sama Allah. Uda sering denger tapi tetep aja nampol kalau direnungkan dan direfleksikan dengan diri kita sendiri..

1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,

3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,

5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)dan janjinya.

9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.

10.Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,

11.(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

Allah… T.T