Saatnya, Ramadhan kan hidup mu !


Rumah jadi rame, hp ikut rame, fesbuk juga rame mendadak. Itulah fenomena Lebaran kita yang sering dimaknai dengan hari saling memaafkan. Tidak ada yang salah memang, karena memang ini hari yang suci untuk saling memaafkan satu sama lain. Berharap semua bisa kembali kosong-kosong layaknya kita sedang maen bola, atau kalau masih inget iklannya Pertamina waktu Lebaran tahun lalu.

Mulai dari nol ya, Pak.” 🙂

Tapi kalau bagi saya justru Lebaran ini hari yang patut diwaspadai karena bisa menjadi typing point kalau bahasanya Malcolm Gladwell dalam bukunya “Typing Point”. Ya, typing point kurang lebih kalau diartikan sebuah titik belok awal mula dari sebuah perubahan. Kalau dalam buku ini si Gladwell menyatakan arti typing point yang baik yang ia namakan kaidah 10.000 jam, yakni pekerjaan apapun, permasalahan hingga impian sesulit apapun, semua akan dapat kita pecahkan setelah melewati angka 10.000 itu. Beberapa contoh beliau angkat mulai band the Beatles yang awalnya hanya sebuah band rongsokan  dapat mencapai ketenarannya setelah 10.000 jam lebih konser di berbagai kota dan negara.

Lucunya saat Lebaran kita justru menjadi typing point dengan konotasi yang buruk, setelah mencapai 30 hari Ramadhan, jedeeerrr…langsunglah kita kembali ke tabiat awal. Dan ini gak sembarangan teman-teman sekalian, ternyata menimpa banyak orang termasuk saya.

Saya selama Ramadhan baru sekali absen tidak qiyamul lail atau teraweh karena sakit, hampir tidak pernah tidak sholat dhuha, hampir selalu sholat shubuh di masjid, di 10 hari terakhir juga cuma bolong i’tikaf dua hari, itu juga karena sedang di jalan.. Namun di hari pertama Syawal malah bangun jam 04.45 dan sudah Shubuh ! Sudah tidak kebagian sholat jama’ah di masjid. (red: Surabaya kan agak timur, jadi Subuh nya jam setengah lima kurang)

Priiiit…! Pelanggaran pertama, uda ketiduran gak qiyamul lail dan gak subuh di masjid. Astaghfirullah..

Pagi-pagi habis sholat Ied, langsung diajak muter-muter ke rumah saudara sampe jum’atan, dan baru inget masyaa Allah..lupa gak sholat dhuha yang padahal pas Ramadhan hampir gak pernah absen ! Priiiiit….pelanggaran lagi. Sampai rumahpun uda kecapekan dan akhirnya kebanyakan tidur, tilawah pun se-juz aja gak nyampe. Kena semprit lagi deh ya.

Bener-bener emang, ketika kita melewatkannya begitu saja maka akan lepas begitu saja. Beruntung saya cepet bertobat dan alhamdulillah hari ke-2 ini jauh lebih baik.

Ya, memang disitu tantangannya ya, apalagi buat saya yang masih baru belajar agama, mungkin buat temen-temen yang uda pada expert mah uda kalem-kalem aja masalah beginian, tapi saya masih harus banyak masang pantangan, apalagi masih bujang begini ya. Dan benar memang apa kata Bang Shofwan, mahasiswa berprestasi utama UI tahun 2007 sekaligus mapres nasional saat itu,

“Saatnya, RAMADHAN kan hidupmu !”

Ya, Ramadhan sudah meninggalkan kita dengan segala bonus pahalanya, dengan segala rahmat dan ampunannya. Tinggal kita mau nge-set suasana Ramadhan itu sendiri atau tidak. Tentu ini tantangan, apalagi buat orang-orang yang mengaku dirinya aktivis dakwah, aktivis FUKI, atau semacamnya, well..i dare you bro..siap ? 🙂

Oiya taklupa juga Big Zaman beserta kru yang bertugas di bigza.wordpress.com mengucapkan,

copyleft : Surat Lebaran dari Indri Khairati Pratiwi di fb

4 thoughts on “Saatnya, Ramadhan kan hidup mu !

  1. Weeh mantep ni kak big sentilannya, seiring ama postingannya tembra d(^.^)b
    Yup, stlh ramadhan kalau bisa aktivitas2 ramadhan kita dipertahankan, hingga kita disampaikan lg ke great sale obral pahala 11 bulan mendatang, jgn sampe stlh ramadhan dan idul fitri malah balik lagi ke “maksiat2” yg biasa dilakukan di bulan non-ramadhan, naudzubillah min dzalik. Ayo semangat Fastabiqul Khairaat, smoga kita bisa saling mengingatkan di saat khilaf.. \(^.^)/

  2. Maap lahir batin, Big. 🙂

    Moga tahun depan kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan bulan ramadhan lagi. Amin! ^__^

Leave a comment